Gowa || Daftar Hitam News.Id — Di tengah semangat peringatan HUT RI ke-80 yang seharusnya menjadi momentum memperkuat persatuan dan kemitraan, justru terjadi insiden memalukan di lingkungan Polres Gowa (19/8). Seorang jurnalis, Bachtiar, diperlakukan tidak semestinya oleh oknum polisi berinisial IS yang bertugas di bagian Tahti (Tahanan dan Barang Bukti). Selasa 19/08/25.
IS, yang jelas bukan petugas penjagaan, secara tiba-tiba memanggil Bachtiar yang sudah berada di dalam kompleks Polres Gowa, lalu bersikeras menyuruhnya melapor ke pos penjagaan. Padahal, Bachtiar telah menegaskan identitasnya sebagai wartawan yang hampir setiap hari menjalankan tugas jurnalistik di Mapolres Gowa.
“Saya merasa sangat dipermalukan. Di depan banyak orang saya dipanggil dan dipaksa melapor ke penjagaan, padahal saya sudah menjelaskan bahwa saya wartawan mitra Polres Gowa. Perlakuan itu benar-benar mencederai kemitraan,” ungkap Bachtiar dengan nada kecewa.
Sikap arogan IS ini bukan hanya dinilai tidak profesional, tetapi juga mencoreng wajah Polres Gowa yang selama ini dikenal menjalin hubungan baik dengan media. Tindakan tersebut jelas berseberangan dengan prinsip PRESISI yang selalu digaungkan Polri.
Alih-alih memberi edukasi dengan cara santun bila ada hal yang dianggap tidak sesuai prosedur, IS justru memperlakukan jurnalis layaknya orang asing yang tak memiliki kontribusi apapun terhadap kemitraan yang telah dibangun.
Ironisnya, oknum tersebut berasal dari unit Tahti, bukan dari bagian penjagaan. Dengan demikian, tindakannya semakin tampak sebagai bentuk kesewenang-wenangan yang tidak memiliki dasar.
“IS bukan petugas penjagaan, jadi tidak ada alasan untuk bertindak semaunya terhadap wartawan. Ini jelas melampaui kewenangan,” tegas Bachtiar.
Menanggapi hal ini, Aktivis Pers dan Direktur LSM Pakar, Tenri Wara, mengecam keras tindakan oknum polisi tersebut. Ia menilai sikap IS merupakan bentuk arogansi yang mengkhianati semangat kemitraan.
“Tugas polisi adalah melindungi dan memberi contoh, bukan mempermalukan mitra pers yang sedang menjalankan fungsinya. Oknum seperti ini justru merusak wajah institusi yang seharusnya menjaga wibawa dan profesionalisme,” tegas Tenri Wara.
Lebih lanjut, Tenri Wara mendesak Kapolres Gowa untuk segera melakukan evaluasi serius.
“Jika tidak ada langkah tegas, publik akan menilai jargon PRESISI hanyalah slogan kosong. Kejadian ini bukan hanya soal prosedur, tapi soal kesadaran aparat dalam menghargai kebebasan pers dan menjaga kemitraan yang telah terbangun,” pungkasnya.
Insiden ini menjadi pukulan telak bagi citra Polres Gowa. Hanya karena ulah seorang oknum, kemitraan yang selama ini dijaga dengan baik terancam runtuh. Tanpa langkah korektif, kepercayaan publik terhadap Polres Gowa bisa terkikis habis.
Lp: Galang /Bachtiar
